SEMIOTIKA : PEIRCE, MAKNA WARNA PADA RAMBU LALU LINTAS


SEMIOTIKA : PEIRCE, MAKNA WARNA PADA RAMBU LALU LINTAS


Apriani Indarti
Desain Komunikasi Visual
Universitas Negeri Makassar




ABSTRAK
Mungkin banyak yang memperhatikan rambu rambu lalu lintas yang ada di jalan. Melihat dari gambar yang ada saja orang secara sadar bisa langsung mengerti apa maksud dari rambu tersebut. Misal, ada rambu dengan tanda huruf P dicoret atau huruf S dicoret. Tentu kita sudah tau kalau itu artinya dilarang parkir atau dilarang berhenti (stop). Untuk mengkaji tanda dan makna warna pada rambu lalu lintas, model semiotika Charles Sanders Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.


Kata kunci : rambu lalu lintas, Semiotika, makna warna, Charles Sanders Peirce



Latar Belakang

Semiotika atau ilmu ketandaan (juga disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurean disebut semiologi) adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi (1). Dengan kata lain, semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Cabang  ilmu ini semula berkembang dalam  bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang desain dan seni rupa. Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya sebagai tanda (2).
Rambu lalu lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan (3). Salah satu jenis rambu adalah Rambu Peringatan. Rambu Peringatan merupakan rambu yang digunakan untuk menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan. Biasanya warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna
Mungkin banyak yang memperhatikan rambu rambu lalu lintas yang ada di jalan. Melihat dari gambar yang ada saja orang secara sadar bisa langsung mengerti apa maksud dari rambu tersebut. Misal, ada rambu dengan tanda huruf P dicoret atau huruf S dicoret. Tentu kita sudah tau kalau itu artinya dilarang parkir atau dilarang berhenti (stop). tapi sudah tahu belum arti dari setiap warna yang ada di rambu rambu?.
Untuk mengkaji tanda dan makna warna pada rambu lalu lintas, model semiotika Charles Sanders Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri.

Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengatuhi makna atau arti sesungguhnya dari rambu lalu lintas dan mengkajinya dalam semiotika menurut Charles Sanders Peirce.

Metode penulisan

Jenis penulisan yang digunakan penulis adalah Deskriptif karena deskriptif digunakan untuk menjelaskan, mengetahui, dan menganalis makna warna rambu lalu lintas dengan menggunakan teori semiotika menurut Charles Sanders Peirce.
a.       Sumber data
Penulis menggunakan data primer dan sekunder untuk menulis analisisnya. Dengan mengamati dan mecari dari berbagai sumber kepustakaan


Pembahasan


A.    Pengertian dan wakna warna pada rambu lalu lintas
1.      Pengertian rambu lalu lintas
Rambu lalu lintas adalah bagian dari perlengkapan jalan yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu lalu lintas diatur menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 tahun 2014. Agar rambu dapat terlihat baik siang ataupun malam atau pada waktu hujan maka bahan terbuat dari material retro-reflektif pada rambu konvensional (3) .
2.      Makna warna pada rambu lalu lintas
Mengapa rambu lalu lintas yang kita lihat “hanya” berwarna kuning, biru, hijau, putih dan merah? Mengapa tidak ada warna lain seperti pink atau ungu? Sebenarnya warna yang terpasang pada rambu lalu lintas tidak “hanya” sebagai pewarna dalam rambu lalu lintas saja. Tetapi warna-warna tersebut memiliki arti atau makna khusu mengapa pemerintah menetapkannya sebagai warna rambu lalu lintas. Berikut ini adalah ulasan mengapa warna-warna tersebut dipakai pada rambu lalu lintas.
a.   Kuning (Kuning (warna dasar kuning dengan lambang/huruf/angka/tulisan warna hitam).
Rambu lalu lintas kurangi kecepatan di daerah tersebut.Foto/Carmudi Indoensia/Ben

Dalam konteks lalu lintas, warna kuning membawa pesan agar pengguna jalan lebih berhati-hati. Rambu berwarna kuning juga menyiratkan hal yang sama. Rambu yang memiliki warna ini biasanya dipasang untuk memberikan peringatan kepada pengguna jalan bahwa di depan ada tempat-tempat yang memang perlu diwaspadai saat berkendara, seperti turunan, tanjakan, belokan tajam, perlintasan kereta api, persimpangan di depan, jalan bergelombang, dan sebagainya.
b.    Merah (warna dasar putih dengan garis tepi merah, lambang/huruf/angka/tulisan warna hitam)
Rambu yang memberitahukan batas kecepatan di daerah tersebut.Foto/Carmudi Indoensia/Ben

Warna merah membawa pesan larangan. Termasuk dalam rambu-rambu berwarna merah ini adalah dilarang parkir, dilarang berhenti, dilarang menyalip, dilarang memutar balik, dan larangan-larangan lainnya. Jadi, kalau lihat warna merah, mustinya kita harus ekstra berhati-hati.
c.       Biru (warna dasar biru, garis tepi putih, lambang/huruf/angka/tulisan putih)
Perintah untuk memberikan jalan terlebaih dahulu untuk penyebrang jalan.Foto/Carmudi Indoensia/Ben

Jika warna merah melarang, yang warna biru justru mewajibkan. Rambu-rambu lantas berwarna biru ini biasanya dapat kita temui di perempatan jalan yang dilengkapi dengan traffic light. Kalau ada rambu warna biru dengan penunjuk panah ke kiri atau ke kanan, misalnya, maka kita diwajibkan (boleh) langsung belok tanpa harus menunggu lampu lintas berubah menjadi hijau.
d.      Hijau (warna dasar hijau, garis tepi putih, lambang/huruf/angka/tulisan putih)
Rambu yang berguna untuk memberi tahukan tempat.Foto/Carmudi Indonesia/Ben

Rambu yang berwarna hijau biasanya dipasang untuk memberikan informasi kepada pengguna jalan, entah itu jurusan, batas wilayah, atau lokasi fasilitas umum. Di jalan-jalan utama antar kota, atau bahkan di jalan tol, kita dapat melihat banyak rambu ini memberikan informasi nama tempat, daerah, dan informasi lainnya.
e.       Putih (warna dasar putih, dengan lambang/huruf/angka/tulisan hitam)
Rambu yang memberitahukan pembatalan larangan.Foto/ilustrasi

Rambu berwarna putih berfungsi untuk memutihkan. Dengan kata lain, rambu ini dipasang sebagai tanda akhir sebuah rambu larangan, entah itu larangan kecepatan maksimum/minimum, larangan berhenti, dan larangan-larangan yang lain. Rambu di atas misalnya, ketika kamu melihatnya, itu artinya kamu sudah boleh berkendara dalam kecepatan di atas 50 km/jam (4).
B.     Undang-Undang yang mengatur Rambu lalu lintas.

1.      Undang Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2.      Undang Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
3.      Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985  tentang Jalan
4.      Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1990 tentang Jalan Tol
5.      Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana  dan Lalu Lintas Jalan
6.      Keputusan Menteri Perhubungan No. 17 Tahun 1991 tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan
7.      Keputusan Menteri Perhubungan No. 61 Tahun 1993 tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan sekaligus mencabut Kepmenhub No. 17 Tahun 1991
8.      Keputusan Menteri Perhubungan No. 63 Tahun 2004 tentang Perubahan Kepmenhub No. KM 61 Tahun 1993 Tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan
9.      Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006 Tentang Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan
10.  Peraturan Menteri Perhubungan No. 60 tahun 2006 tentang Perubahan atas keputusan menteri perhubungan nomor km 61 tahun 1993 sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri perhubungan nomor km. 63 tahun 2004 tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan
11.  Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.1321/AJ.401/ DRJD/2005 tentang Uji-Coba Rambu Nomor Rute Pada Jaringan Jalan Nasional / Arteri Primer Di Pulau Jawa
12.  Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 3229/AJ401/ DRJD/2006 Tentang Tata Cara Penomoran Rute Jalan
13.  Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 1207/AJ401/ DRJD/2008 Tentang Tata Cara Penomoran Rute Jalan (Peraturan ini meyatakan PerDirjendat No. SK 3229/AJ401/ DRJD/2006 Tentang Tata Cara Penomoran Rute Jalan tidak berlaku lagi)


C.     Semiotika Charles Sanders Peirce
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial terbangun dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (5).
Menurut Peirce semiotika memungkinkan kita berpikir tentang tanda-tanda, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya dan memiliki hubungan sebab-akibat. Tugas penganut semiotika Peirce untuk menemukan koherensi dan menyaring hal-hal yang penting. Peirce mengehendaki agar teorinya yang bersifat umum ini dapat diterapkan pada segala macam tanda, dan untuk mencapai tujuan tersebut, ia memerlukan konsep-konsep baru. Untuk melengkapi konsep itu ia menciptakan kata-kata baru yang diciptakannya sendiri.
Ada tiga komponen penting dalam definisi tanda Charles Sander Peirce, yaitu representamen, interpretan, dan objek. Karena itu, definisi tanda Peirce sering disebut disebut triadik. Tiga komponen atau unsur tanda Peirce ini adalah representament(R), objek (O) dan interpretant (I) yang biasa digambarkan dalam bentuk segitiga berikut:


sumber image : www.komunikasiana.com

 
Dalam mengkaji objek, melihat segala sesuatu dari tiga konsep trikotomi, yaitu
sebagi berikut:
1. Sign (Representamen) merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang dapat
diserap pancaindra dan mengacu pada sesuatu, trikotomi pertama dibagi menjadi
tiga.
a.       Qualisign adalah tanda yang menjai tanda berdasarkan sifatnya. Misalnyasifat warna merah adalah qualisign, karena dapat dipakai tanda untukmenunjukkan cinta, bahaya, atau larangan.
b.       Sinsign adalah tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Semua ucapan yang bersifat individual bisa merupakan sinsign suatu jeritan, dapat berarti heran, senang atau kesakitan
c.       Legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Semua tanda-tanda bahasa adalah legisign, sebab bahasa adalah kode, setiap legisign mengandung di dalamnya
suatu sinsign, suatu second yang menghubungkan dengan third, yakni suatu
peraturan yang berlaku umum.
3.      Objek, tanda diklasifikasikan  menjadi icon, (ikon), indekx (indeks), dan symbol  (simbol).
a.        Ikon adalah tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya atau suatu   tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. Misalnya, kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis yang digambarkannya, foto, dan lain-lain.
b.      Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung pada keberadaannya suatu denotasi, sehingga dalam terminologi peirce merupakan suatu secondness. Indeks, dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya.
c.        Simbol adalah suatu tanda, dimana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama.
4.      interpretan, tanda dibagi menjadi rheme, dicisign, dan argument.
a.       Rheme, bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan
b.      Dicisign (dicentsign), bilamana antara lambang itu dan interpretannya terdapat hubungan yang benar ada
c.       Argument, bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat yang berlaku umum (merupakan thirdness). (6)

D.    Proses semiosis warna dengan menggunakan teori semiotika Charles Sander Peirce
            Proses semiosis adalah suatu proses pemaknan tanda yang bermula dari persepsi atas dasar, kemudian dasar merujuk pada objek, akhirnya terjadi proses interpretan. Sebagaimana objek-objek yang lain, warna memiliki banyak fungsi. Warna tidak hanya digunakan orang untuk mendesain sesuatu agar tampil menarik secara visual, namun warna dapat dikaitkan dengan ciri atau karakter dari seseorang. Warna juga dapat menjadi tanda yang memiliki makna yang sama ataupun berbeda bagi masayarakat yang menggunakannya (7). Berikut ini akan dipaparkan berbagai macam makna yang muncul dari warna-warna yang ada.

1.      Kuning
Kuning adalah warna dari matahari terbit yang menghasilkan efek hangat, membangkitkan kegembiraan, merangsang aktifitas mental, dan membangkitkan energi. Warna kuning yang cerah juga merupakan warna „penyerap perhatian dan akan mati bila dikombinasikan dengan warna putih. Jadi warna kuning memerlukan warna yang lebih gelap. Makna positif dari warna kuning adalah keceriaan, kebahagiaan, kehormatan, kesetiaan, intelek, kesegaran, kegembiraan dan sering digunakan sebagai nada peringatan. (7)
Sebagaimana warna-warna sebelumnya, warna kuning juga memungkinkan untuk dimaknai apa saja dari bermacam-macam makna yang merujuk padanya. Warna kuning bisa berada di sembilan tipe penanda dalam struktur semiosis. Sebagai contoh, warna kuning bisa menjadi icon, indeks dan sekaligus symbol. Warna kuning pada rambu lalu lintas bisa menjadi icon  rambu peringatan sekaligus menjadi indeks yang memberikan petunjuk bagi para pengguna jalan bahwa warna kuning rambu lalu lintas digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna jalan. Warna inipun sudah menjadi symbol bagi masyarakat tersebut karena sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa warna kuning adalah warna yang digunakan oleh pemerintah untuk digunakan pada rambu lalu lintas sehingga tidak mengherankan jika ada seseorang yang yang melihat warna kuning pada rambu lalu lintas memaknainya sebagai peringatan atau kehati-hatian.

2.      Merah
Warna merah dapat membuat sebuah objek terlihat sangat jelas(eyecatching). Warna ini sangat mudah dilihat, itulah sebabnya warna ini sering digunakan sebagai tanda-tanda rambu lalu lintas, tanda-tanda larangan, peralatan pemadaman api, kabel listrik aktif atau positif dan berbagai peringatan ancaman. (7)
Begitu banyaknya makna yang berkaitan dengan warna merah sehingga memungkinkan interpreter memaknainya berdasarkan pemahamannya. Tataran pemahaman awal (firtsness) di mana makna tanda masih bersifat umum dan memungkinkan untuk dimaknai secara beragam. Pada tataran kedua (secondness), warna merah misalnya bisa menjadi tanda indeksikal bahaya yang lain jika tanda merah tersebut memberikan petunjuk bagi orang untuk menghindari bahaya yang dimaksud. Tataran ketiga (thirdness), warna merah menjadi lambang larangan untuk melanjutkan perjalanan dalam aturan berlalu lintas dan hal ini sudah menjadi aturan dan hukum yang telah disepakati bersama oleh masyarakat pengguna jalan. Tipe tanda seperti ini sudah menjadi symbol bila (R) dikaitkan dengan (O). Jadi warna merah pada rambu lalu lintas dimaknai sebagai tanda larangan atau rambu larangan yang menunjukkan perbuatan yang dilarang dan dilakukan oleh pemakai jalan.

3.      Biru
Biru adalah warna langit dan lautan. Warna ini sering dihubungkan  dengan kedalaman dan stabilitas. Warna biru seperti yang dikemukakan di atas, memungkinkan orang memaknai biru secara beragam. Kondisi ini merupakan hal yang wajar dalam proses semiosis, tingkat pemahaman terhadap suatu tanda memang berjenjang (7).
Pada tahap awal, eksisistensi tanda berpotensi untuk dimaknai secara beragam. Misalnya, penggunanaan Rambu Perintah. Makna rambu lalu lintas tersebut memberi petunjuk bahwa rambu perintah menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan. Pada tataran pemaknaan ini, biru sebagai (R) merupakan indeks dari rambu perintah sebagai (O). Warna biru (R) juga dapat menjadi symbol  perintah pada rambu lalu lintas sebagai (O) jika makna tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama oleh pemerintah dan masyarakat pengguna jalan.   

4.      Hijau
Hijau adalah warna alam. warna ini sering dikaitkan dengan konsep kehormatan, kealamiaan, kesehatan  dan  lingkungan  yang  diberikan  makna  oleh  masyarakat,  yang  kemudian  dalam  kehidupan sehari-hari warna itu menjadi label sosial atas suatu objek (realitas) .
Pada tataran selanjutnya  (secondness) warna hijau bisa menjadi tipe sinsign, indeks dan dicisign jika warna hijau sudah dikaitkan dengan fakta yang real. Misalnya warna hijau yang digunakan untuk menujukan tempat tujuan atau kota yang akan dituju. Warna hijau di sini menjadi indeks karena berfungsi untuk memberi petunjuk bagi orang yang ingin berpergian agar terhindar dari kehilangan arah jalan, jika (R) dikaitkan dengan (O). Jika hijau sebagai (R) dihubungkan dengan jenisnya maka ia disebut sinsign, namun jika (R ) dihubungkan dengan (I) maka ia menjadi tipe penanda dicisign. Dengan demikian, pada tataran ini, warna hijau tidak lagi bermakna umum yang bisa diinterpretasi apa saja, namun hijau sudah memiliki makna yang khusus sesuai konteks penggunaannya.
Warna ini juga sudah disepakati menjadi rambu lalu lintas Rambu pendahulu petunjuk jurusan, rambu petunjuk jurusan dan dan rambu penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan.

5.      Putih
Warna putih berarti aman, murni, dan bersih. Sebagai lawan dari warna hitam, putih biasanya mempunyai makna konotasi yang positif. Warna putih pada rambu lalu lintas biasanya diartikan sebagai larangan.
warna putih juga bisa menjadi icon, indeks dan sekaligus simbol jika dikaitkan dengan makna larangan pada rambu lalu lintas. Putih bisa menjadi icon bagi orang yang melihat tanda tersebut sebagai larangan bagi pendara. Putih juga bisa menjadi icon karena tanda tersebut memberikan petunjuk bagi orang apakah harus memelankan laju kendaraan atau dilarang melaju terlalu cepat dan bahkan menjadi simbol adanya Rambu Tanda Larangan karena tanda tersebut sudah disepakati oleh pengandara dan dinas perhubungan (pemerintah).


Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas penulis dapat menyimpulakannya sebagai berikut, Warna pada rambu lalu lintas ternyata tidak hanya sekedar warna yang diberikan pada papan rambu lalu lintas melainkan memiliki makna penting bagi pengendara entah itu transportasi pribadi atau trasportasi umum. Pengendara harus tahu tentang makna warna-warna tersebut bahwa pemerintah tidak sembarangan menggunakan warna pada papan rambu tersebut tanpa kajian terlebih dahulu.




Referensi


1. Annonym. semiotika. wikipedia. [Online] November 30, 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika.
2. SEMIOTIKA ANALISIS TANDA PADA KARYA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL. Tinarbuko, Sumbo. 2003, Nirmana, pp. 31-47.
3. Annonym. Rambu lalu lintas. wikipedia. [Online] januari 22, 2018. https://id.wikipedia.org/wiki/Rambu_lalu_lintas.
4. Paseidon. kamu harus tahu, ini ternyata arti 5 warna rambu lalu lintas. Brilio.net. [Online] november 10, 2017. [Cited: september 16, 2018.] https://www.brilio.net/creator/kamu-harus-tahu-ini-arti-5-warna-rambu-lalu-lintas--111083.html.
5. Wibowo, I. S. Semiotika Komunikasi- Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. jakarta : Mitra Wacana Media, 2013.
6. Usman, Nur Hikma. REPRESENTASI NILAI TOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA DALAM FILM “AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA” . Skripsi. [Online] desember 7, 2017. [Cited: september 16, 2018.] http://Nur%20Hikma%20Usman.pdf.
7. Muhammad, H and Zuhriah. MAKNA WARNA DALAM TRADISI BUDAYA; STUDI KONTRASTIF ANTARA BUDAYA INDONESIA DAN BUDAYA ASING. Researchgate. [Online] mei 10, 2018. [Cited: september 16, 2018.] https://www.researchgate.net/publication/325391876_MAKNA_WARNA_DALAM_TRADISI_BUDAYA_STUDI_KONTRASTIF_ANTARA_BUDAYA_INDONESIA_DAN_BUDAYA_ASING.

 








Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAYA VICTORIAN : DESAIN GRAFIS ERA VICTORIAN